Pekanbaru, Dari Kopi Hingga Taj Mahal

 


Berkunjung ke Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, rupanya bukan pilihan yang populer di kalangan pelancong.Bahkan warga Pekanbaru pun harus berpikir keras untuk menyebutkan hal dan tempat yang akan dikunjungi wisatawan.

Memang benar bahwa kota ini tidak menawarkan banyak atraksi turis pada umumnya, seperti pertunjukan tari tradisional, hutan yang dipenuhi kera atau pantai berpasir putih yang membentang panjang. Namun, ia menawarkan beberapa hal yang mungkin tidak Anda temukan di banyak kota lain di Indonesia. Beberapa di antaranya terletak agak jauh di luar daerah perkotaan. Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan di Pekanbaru menurut Dang Merdu:

Arsitektur Monumental

Saat Pekanbaru menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON XVIII) ke-18 tahun 2012, kota ini memiliki beberapa bangunan untuk mengesankan semua peserta, tetapi Kantor Pemerintah Provinsi, juga dikenal sebagai Kantor Gubernur, di Jl. Sudirman adalah salah satunya.

Berdiri setinggi sembilan lantai di pertigaan, dengan kubah di atasnya dan beratap dengan bentuk papan futuristik yang sulit dijelaskan, bangunan ini menonjol di antara bangunan-bangunan pendek yang mengelilinginya.

Namun, Perpustakaan Daerah, atau Perpustakaan Daerah, di sebelah Kantor Gubernur bisa dibilang mengalahkannya.

Desainnya terinspirasi dari buku terbuka, melambangkan tujuan perpustakaan, yaitu memberikan pengetahuan.

Bangunan enam lantai ini memukau orang yang lewat dengan banyak pilarnya yang menopang rak buku raksasa, yang berbentuk seperti kios Alquran.

Berdiri lebih dekat ke bangunan, Anda akan melihat relief pada fasad yang menggambarkan fragmen kegiatan pendidikan dan industri, serta struktur monumental Riau yang seolah-olah dibanggakan.

Masih di jalan yang sama, yang terpanjang di Pekanbaru, terletak sebuah pusat seni yang indah bernama Anjungan Seni Idrus Tintin.

Dibangun dengan gaya Melayu Riau dan dinamai seniman asli Riau yang sangat terkenal, Idrus Tintin. Awalnya dibangun sebagai gedung MTQ (Perlombaan Pembacaan Al-Qur'an Nasional) dan kemudian digunakan untuk acara-acara yang berhubungan dengan seni, termasuk Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 2008.

Sebuah bangunan yang membuat saya datang kembali hari demi hari adalah Masjid An Nur dan saya bahkan tidak begitu religius.

Kunjungan pertama saya adalah saat senja, ketika matahari terbenam memancarkan cahaya sempurna di langit biru di atas masjid. Itu adalah pemandangan yang ajaib.

Dikatakan terinspirasi arsitektur oleh Taj Mahal, An Nur adalah keindahan tersendiri, serta di siang hari.

Penggunaan nuansa hijau dan abu-abu pada eksterior sangat cocok dengan hamparan rumput hijau luas di depan masjid.

Seluruh kompleks ramai dengan beragam kegiatan -- tidak hanya kegiatan keagamaan. Anda melihat orang-orang joging, bermain bola dan berlatih tarian tradisional di lapangan dan di teras.

Monumen Zapin yang indah dan kontroversial

Kontroversi terjadi di penghujung tahun 2011 ketika sebuah monumen baru akan ditempatkan di titik nol kilometer Pekanbaru, tepat di depan Kantor Gubernur.

Monumen tembaga dan perak yang menggambarkan seorang pria dan seorang wanita dari adegan tarian tradisional Zapin adalah ciptaan seniman Indonesia sendiri yang terkenal di dunia internasional, I Nyoman Nuarta.

Monumen ini menimbulkan kontroversi karena biayanya yang mahal bagi pemerintah provinsi, pose penari wanita yang bisa dibilang provokatif secara seksual dan penggambaran gerakan tari Zapin yang tampaknya tidak akurat.

Terlepas dari kontroversi, secara pribadi saya, dan saya yakin banyak penonton lainnya, menganggap monumen ini sangat dinamis dan indah. Namun, apresiasi seni bersifat subjektif.

Jalan Juanda: Kedai Kopi yang Berlimpah

Kopi adalah bagian utama dari budaya masyarakat Pekanbaru. Menemukan kedai kopi adalah tugas yang sangat mudah di kota yang sangat dipengaruhi oleh Melayu ini.

Area di mana Anda mungkin akan terpesona oleh pilihan kedai kopi yang tak terhitung jumlahnya adalah Jl. Juanda.

Jalan ini dan jalan-jalan di sekitarnya dipenuhi dengan kedai kopi/restoran lama dan baru. Bukan hanya surga bagi pecinta kopi, tetapi juga bagi pecinta kuliner pada umumnya. Penawaran menu berkisar dari kopi susu dan kopi dengan ginseng hingga mie dan bubur.

Salah satu kedai kopi tertua di Jl. Juanda adalah Megaria, yang terkenal dengan mi pangsitnya sejak tahun 1970-an.

Sekarang anak pemilik telah membuka cabang kedua di jalan yang sama. Itu juga disebut Megaria, tetapi dibedakan dengan nomor toko.

Yang lebih tua ada di Jl. Juanda 99, sedangkan yang lebih baru di Jl. Juanda 60. Kedai kopi terkenal lainnya di jalan ini disebut Kola Kola, yang hanya berjarak beberapa meter dari Megaria yang baru. Buka dari pukul 6 pagi hingga 10 malam, kedai kopi ini dipadati pengunjung yang mencari minuman berkafein sebelum berangkat ke kantor mereka.

Beberapa kedai kopi tutup antara makan siang dan makan malam, memberi staf waktu untuk beristirahat.

Seperti halnya tempat dengan budaya kopi yang kuat, kedai-kedai ini dipenuhi oleh berbagai macam konsumen yang membawa berbagai topik untuk didiskusikan, mulai dari obrolan ringan hingga politik dan lobi bisnis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Kontainer: Alternatif Hemat Biaya untuk Membangun Rumah Impian Anda

Fakta Menarik Seputar Ikan Salmon!

Welder dalam Dunia Otomotif: Peran Penting dalam Mobilitas Modern